ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Sebuah masjid yang diduga dibangun PT Freeport dapat membuat siapa saja berdecak kagum. Bukan karena kemewahannya, tetapi masjid itu dibangun di perut bumi di kedalaman 1.760 meter.
Informasi mengenai keberadaan masjid ini dibagikan pemilik akun
Facebook Rovicky Dwi Putrohari yang merupakan seorang ahli geologi,
Senin (19/9/2016).
Masjid itu bernama Baabul Munawwar dan dapat menampung 250 jemaah.
Letaknya berada di area pertambangan PT Freeport, Tembagapura, Timika, Papua. Masjid yang dikabarkan baru diresmikan bulan Juni kemarin ini dibangun untuk mempermudah karyawan muslim untuk beribadah salat.
Di sebelahnya didirikan Gereja Oikumene Soteria bagi karyawan nasrani.
Dua tempat ibadah itu memang sengaja didekatkan sebagai wujud toleransi beragama.
"Mengingat letaknya yang berada di perut bumi, maka dipasang juga alat memompa udara bersih dan untuk menyedot udara kotor ke luar menuju permukaan. Dengan demikian suasana di dalam masjid pun tetap nyaman," papar Rovicky.
Pembuatan masjid Baabul Munawwar diarsiteki oleh Alexander Mone, lulusan Bina Nusantara dan strukturnya dikerjakan Andrew Parhusip yang merupakan lulusan ITB.
Beberapa netizen yang melihat postingan ini pun sempat memperdebatkan bagaimana penentuan arah kiblatnya. Ada yang mengatakan bila kemungkinan dilakukan dengan metode triangulasi.
"Iya sudah bisa membayangkan kalo pake triangulasi pak prof Fahmi Amhar. Makesense-nya yang belum nemu kalau ngukurnya subsurface baik underwater maupun underground," komentar seorang Facebooker.
Sejauh ini, Tribunjogja.com masih berupaya mengkonfirmasi Rovicky untuk menjelaskan masalah ini secara lebih mendalam.
Namun, ia belum menanggapi obrolan dari Tribunjogja.com di Facebook
"Mengingat letaknya yang berada di perut bumi, maka dipasang juga alat memompa udara bersih dan untuk menyedot udara kotor ke luar menuju permukaan. Dengan demikian suasana di dalam masjid pun tetap nyaman," papar Rovicky.
Pembuatan masjid Baabul Munawwar diarsiteki oleh Alexander Mone, lulusan Bina Nusantara dan strukturnya dikerjakan Andrew Parhusip yang merupakan lulusan ITB.
Beberapa netizen yang melihat postingan ini pun sempat memperdebatkan bagaimana penentuan arah kiblatnya. Ada yang mengatakan bila kemungkinan dilakukan dengan metode triangulasi.
"Iya sudah bisa membayangkan kalo pake triangulasi pak prof Fahmi Amhar. Makesense-nya yang belum nemu kalau ngukurnya subsurface baik underwater maupun underground," komentar seorang Facebooker.
Sejauh ini, Tribunjogja.com masih berupaya mengkonfirmasi Rovicky untuk menjelaskan masalah ini secara lebih mendalam.
Namun, ia belum menanggapi obrolan dari Tribunjogja.com di Facebook
Sumber : tribunjoga.com