ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Penjajahan yang diderita oleh rakyat Indonesia di masa lalu meninggalkan banyak cerita pedih. Meski begitu aja saja cerita kepahlawanan nan heroik yang muncul dan membuat kita merasa bangga dan takjub.
Ada cerita yang sangat heroik sekaligus mengharukan bagaimana justru dulu Sultan Hamengku Buwono IX menyelamatkan rakyat Yogyakarta dari perbudakan Jepang. Kalau dulu Sultan tak bergerak, entah bagaimana nasib ribuan rakyat Yogya yang akan dikirim untuk kerja paksa ke luar Jawa.
Zaman pendudukan Jepang dari tahun 1942-1945 sungguh membuat rakyat Indonesia menderita. Bahan makanan, pakaian, bahkan besi pagar diangkut Jepang untuk kepentingan perang. Tak cuma itu, Jepang juga memaksa puluhan ribu rakyat Indonesia untuk kerja paksa. Mereka dinamakan romusha. Kebanyakan Romusha dikirim ke luar Jawa, bahkan hingga Burma, Singapura dan Filipina.
Tentara Jepang memperlakukan anjing mereka lebih baik dari Romusha. Mereka memeras tenaga rakyat tanpa makanan yang cukup, apalagi fasilitas seperti pakaian atau kesehatan. Tentara Jepang menyiksa mereka lebih buruk dari budak. Tak heran, ribuan orang mati mengenaskan. Sebagian besar karena kelaparan dan penyakit.
Sultan HB IX tak mau rakyat Yogya diperlakukan seperti itu. Maka dia bersiasat. Sultan memalsukan data kependudukan Yogya. Dia menulis Yogya adalah daerah yang tandus, miskin dan kekurangan pangan. Harapan Sultan, Jepang tak akan terlalu banyak merampas makanan rakyat Yogya.
Demi menghindari Romusha, Sultan berkilah tenaga pria Yogya sangat dibutuhkan untuk membangun saluran irigasi. Untuk memuluskan rencananya, Sultan malah meminta dana pada pemerintah Jepang untuk membangun saluran irigasi yang disebut Selokan Mataram itu.
Berhasil, Jepang termakan siasat Sultan. Apalagi mereka dijanjikan jika hasil panen meningkat, tentu Jepang yang untung.
Maka dimulailah pembangunan Gunsei Hasuiro dan Gunsei Yosuiro itu. Saluran air tersebut mengalirkan air dari Kali Progo ke Sleman dan daerah-daerah kering lain di arah Timur.
Pembangunan saluran air sepanjang puluhan kilometer ini menyedot ribuan pekerja. Maka rakyat Yogya pun selamat dari kewajiban Romusha. Tentu bekerja di bawah komando Sultan dan di kampung sendiri jauh lebih nyaman daripada dipukuli Jepang sebagai Romusha di daerah antah berantah.