ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Suasana
di Kampung Janda sepintas sama seperti kampung biasanya, banyak warga yang
melakukan aktifitas di sekitar rumahnya.
Namun saat siang hari, di Kampung Janda ini, aktifitas warganya lebih didominasi oleh para perempuan dan anak-anak.
Ibu-ibu mengenakan daster, terlihat asyik mengobrol di warung, atau di depan rumah mereka.
Sementara para suami dan anak laki-lakinya yang sudah besar, jarang terlihat karena sebagian besar sedang bekerja di galian pasir, di atas bukit.
Beberapa, tidak memiliki suami karena suaminya meninggal, atau karena cerai.
Kampung Panyarang di Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor ini memang akrab disapa Kampung Janda oleh warga sekitar, karena banyak perempuannya yang menjadi janda.
Namun saat siang hari, di Kampung Janda ini, aktifitas warganya lebih didominasi oleh para perempuan dan anak-anak.
Ibu-ibu mengenakan daster, terlihat asyik mengobrol di warung, atau di depan rumah mereka.
Sementara para suami dan anak laki-lakinya yang sudah besar, jarang terlihat karena sebagian besar sedang bekerja di galian pasir, di atas bukit.
Beberapa, tidak memiliki suami karena suaminya meninggal, atau karena cerai.
Kampung Panyarang di Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor ini memang akrab disapa Kampung Janda oleh warga sekitar, karena banyak perempuannya yang menjadi janda.
Suasana kampung janda |
Usianya
beragam, mulai dari 14 tahun hingga lanjut usia sekitar 60-70 tahun.
“Di RT saya saja, dari 65 kepala keluarga (KK), ada sekitar 30 perempuan yang
menjanda,” kata Ketua RT 05, Ade Suryadi kepada TribunnewsBogor.com, Kamis
(31/3/2016).
Para perempuan itu, kata dia, menjanda akibat banyak hal, ada yang suaminya meninggal tertimbun galian pasir, atau meninggal karena penyakit.
“Di kampung sini kan sekitar 80 persen warganya bekerja sebagai penambang galian di atas,” ujarnya.
Para perempuan itu, kata dia, menjanda akibat banyak hal, ada yang suaminya meninggal tertimbun galian pasir, atau meninggal karena penyakit.
“Di kampung sini kan sekitar 80 persen warganya bekerja sebagai penambang galian di atas,” ujarnya.
Baca Juga : GEGER !!! Cowok 18 Tahun Nikahi Janda Lima Anak. Pas Malam Pertama Malah Jadi Gini ....Ia menuturkan, beberapa tahun yang lalu pernah terjadi longsor di galian pasir sehingga menewaskan ratusan orang.
“Nah makanya istri-istrinya pada menjanda, dan longsor yang menelan korban jiwa di sana bukan sekali dua kali saja,” jelasnya.
Selain itu, faktor nikah muda di kampung tersebut juga menjadi penyebab banyaknya perempuan yang menjanda.
“Di
sini ada yang umur 17 tahun sudah jadi janda dua kali, 12-14 sudah pada menikah
dan jadi janda. Saya saja sudah punya cucu, padahal usia masih 30 tahunan,”
ujarnya sambil tertawa.
Karena minimnya pendidikan, akhirnya para orang tua memutuskan untuk menikahkan anak perempuannya meski masih berusia dini.
“Rata-rata di sini mah lulusan SD semua, jarang ke SMP. Mau sekolah SMP apalagi ke SMA jauh, cuma ada SD di sini. Makanya daripada bengong-bengong di rumah ya sudah nikahin saja,” jelasnya.
Kampung Janda atau Kampung Panyarang ini, masuk dalam kawasan RW 07, dan terdiri dari lima RT.
“Rata-rata satu RT itu ada sekitar 60 KK, jadi satu RW ada sekitar 300 KK, saya nggak hafal jumlah pastinya,” kata Ketua RW 07, M Endang Iskandar menambahkan.
Wilayah RT 05 ini, kata dia, masuk wilayang Kampung Panyarang Lebak, karena lokasinya paling bawah.
“Kalau di atas, RT 01-03 lebih banyak lagi jandanya. Karena semua warganya kerja di galian,” kata dia.
Karena minimnya pendidikan, akhirnya para orang tua memutuskan untuk menikahkan anak perempuannya meski masih berusia dini.
“Rata-rata di sini mah lulusan SD semua, jarang ke SMP. Mau sekolah SMP apalagi ke SMA jauh, cuma ada SD di sini. Makanya daripada bengong-bengong di rumah ya sudah nikahin saja,” jelasnya.
Kampung Janda atau Kampung Panyarang ini, masuk dalam kawasan RW 07, dan terdiri dari lima RT.
“Rata-rata satu RT itu ada sekitar 60 KK, jadi satu RW ada sekitar 300 KK, saya nggak hafal jumlah pastinya,” kata Ketua RW 07, M Endang Iskandar menambahkan.
Wilayah RT 05 ini, kata dia, masuk wilayang Kampung Panyarang Lebak, karena lokasinya paling bawah.
“Kalau di atas, RT 01-03 lebih banyak lagi jandanya. Karena semua warganya kerja di galian,” kata dia.
Tak
hanya laki-lakinya yang bekerja sebagai penggali pasir dan pemecah batu, para
perempuannya juga bekerja sebagai penyaring pasir.
Hidup Serba Kekurangan
Iis (50), seorang janda beranak enam di Kampung Panyarang, atau akrab disapa Kampung Janda ini, hidup serba kekurangan.
Di sebuah rumah yang tak layak huni, ia tinggal bersama ketiga anaknya yang sudah besar.
Satu anak perempuannya yang paling besar sudah menikah, dan dibawa suaminya ke Jakarta.
Sedangkan dua anak laki-lakinya yang masih kecil-kecil, tinggal bersama neneknya di Cijeruk.
Suaminya meninggal, saat usia anak-anaknya masih kecil, sekitar delapan tahun yang lalu.
Hidup Serba Kekurangan
Iis (50), seorang janda beranak enam di Kampung Panyarang, atau akrab disapa Kampung Janda ini, hidup serba kekurangan.
Di sebuah rumah yang tak layak huni, ia tinggal bersama ketiga anaknya yang sudah besar.
Satu anak perempuannya yang paling besar sudah menikah, dan dibawa suaminya ke Jakarta.
Sedangkan dua anak laki-lakinya yang masih kecil-kecil, tinggal bersama neneknya di Cijeruk.
Suaminya meninggal, saat usia anak-anaknya masih kecil, sekitar delapan tahun yang lalu.
“Sejak
suaminya meninggal karena penyakit, dia jadi stress dan mengalami gangguan
jiwa. Sudah tidak bisa mengurus anak-anaknya lagi,” kata Ketua RT setempat, Ade
Suryadi kepada TribunnewsBogor.com, Kamis (31/3/2016).
Hingga saat ini, ketiga anak Iis yang tinggal serumah dengannya sudah terbiasa mengurus diri sendiri sejak kecil.
“Sebenarnya secara fisik Bu Iis sehat, cuma dia nggak mau berkomunikasi dan bersosialisasi dengan siapapun, termasuk anak-anaknya,” jelas Ade.
Kedua anak laki-lakinya, kini bekerja sebagai penambang pasir dan pemecah batu di galian sekitar.
“Anak-anaknya yang besar sekolah cuma sampai SD, jadi kerja ke galian, kalau yang perempuan lagi sekolah kelas 3 SMP,” katanya lagi.
Kondisi rumah Iis sangat memprihatinkan, bagian atapnya sudah rusak sehingga sering bocor ketika hujan.
Kaca depan rumahnya juga sudah rusak, dan kondisi dapurnya sangat kotor tidak terawat.
Hingga saat ini, ketiga anak Iis yang tinggal serumah dengannya sudah terbiasa mengurus diri sendiri sejak kecil.
“Sebenarnya secara fisik Bu Iis sehat, cuma dia nggak mau berkomunikasi dan bersosialisasi dengan siapapun, termasuk anak-anaknya,” jelas Ade.
Kedua anak laki-lakinya, kini bekerja sebagai penambang pasir dan pemecah batu di galian sekitar.
“Anak-anaknya yang besar sekolah cuma sampai SD, jadi kerja ke galian, kalau yang perempuan lagi sekolah kelas 3 SMP,” katanya lagi.
Kondisi rumah Iis sangat memprihatinkan, bagian atapnya sudah rusak sehingga sering bocor ketika hujan.
Kaca depan rumahnya juga sudah rusak, dan kondisi dapurnya sangat kotor tidak terawat.
Hanya
ada satu ranjang, serta kasur lantai untuk alas tidur.
Karena
gangguan jiwa yang dialaminya, Iis tak bisa merapihkan rumah ketika ketiga
anaknya sedang bekerja dan sekolah.
Sehingga kondisi rumahnya sangat berantakan dan tampak kumuh.
Apalagi, di depan rumanya terdapat kandang kambing milik tetangga, yang berdampingan dengan MCK yang sudah tidak layak.
“Bu Iis mah nggak pernah keluar, paling ke warung sekali-kali, terus ke depan rumah sebentar ntar masuk lagi diem di kamar,” ujar tetangga sebalahnya, Anih.
Jangankan mengurus rumah dan anakn-anaknya, mengurus dirinya sendiri saja, Iis sudah tidak bisa.
“Makan sama buang air kadang sudah di kamarnya saja, mau dibawa ke rumah sakit juga anak-anaknya uang dari mana,” kata dia.
Sehingga kondisi rumahnya sangat berantakan dan tampak kumuh.
Apalagi, di depan rumanya terdapat kandang kambing milik tetangga, yang berdampingan dengan MCK yang sudah tidak layak.
“Bu Iis mah nggak pernah keluar, paling ke warung sekali-kali, terus ke depan rumah sebentar ntar masuk lagi diem di kamar,” ujar tetangga sebalahnya, Anih.
Jangankan mengurus rumah dan anakn-anaknya, mengurus dirinya sendiri saja, Iis sudah tidak bisa.
“Makan sama buang air kadang sudah di kamarnya saja, mau dibawa ke rumah sakit juga anak-anaknya uang dari mana,” kata dia.
Sayangnya,
saat TribunnewsBogor.com berkunjung ke rumahnya, ketiga anak Iis sedang tidak
ada di rumah.
Iis merupakan satu dari puluhan janda yang ada di Kampung Janda, Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Iis merupakan satu dari puluhan janda yang ada di Kampung Janda, Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sumber : tribunnewsbogor.com